Diriku MenantikanMu

0 komentar

Print Cerpen
Posting cerpen by: wenyi.fanie
Total cerpen di baca: 1069
Total kata dlm cerpen: 1861
Tanggal cerpen diinput: Tue, 2 Mar 2010 Jam cerpen diinput: 4:02 PM
2 Komentar cerpen

Aku melihat dirinya sedang terisak-isak. Aku yang sedang berjalan menuju koridordepan merasa sangat kasihan dan prihatin. Aku memberanikan diri melangkahkan kakiku menuju tempat dia duduk. Ternyata dirinya menangis karena dipermainkan oleh pacarnya.“Kamu tau gak? Dia mempermainkan aku! Sehari sebelum ke rumah tahanan, dia tembak Desma. Kalo kau jadi aku, kau sakit hati gak?” katanya begitu. Memang sih aku sakit hati juga, tetapi aku lebih sakit hati kalau kau tidak menerima cintaku yang sudah lama aku pendam ini.‘Aku pun sakit hati saat kau bilang kau suka sama Ricky bukan aku. Aku kira kau mau tembak aku karena kau suruh aku ke ruang kosong di ujung sekolah, ternyata kau panggil aku ke sana hanya ingin kasih tau kalau kau suka sama Ricky. Hatiku juga seperti hatimu sekarang, sangat sakit, tetapi aku bahagia saat melihat kamu bahagia. Sekarang aku merasa seperti mempunyai kesempatan untuk menempati hatimu,’ pikirku sambil melihat dirinya menangis terseduh-seduh. Aku meraih pundaknya dan mendorongnya agar dia menyandar di pundakku.“Kupinjamkan pundakku padamu, nangislah semaumu,” kataku saat dia melihat aku dengan tatapan bingung sekaligus sedih. Aku hanya bisa menemani dia hingga dia mulai tenang kembali.Jarum pendek telah menunjuk pada angka 7, aku telah menemaninya 3 jam lebih dan pundak aku pun mungkin akan sakit jika diangkat, tapi aku tidak ingin mengganggu dirinya yang sedang tidur nyenyak di pundak aku. Aku tidak akan mengangkat pundakku hingga dirinya terbangun dari alam mimpinya yang sangat terjaga ini. Aku memang tidak bisa memberi dirinya apa-apa, tetapi aku bisa menunjukkan kepada dia bahwa aku lebih mencintai dia dari pada Ricky mencintai dia.Dirinya sudah terbangun dari mimpinya dan melihat aku dengan tatapan kosong seperti tidak memikirkan apa pun.“Terima kasih, Riz. Aku merasa lebih tenang sekarang. Aku bisa pulang sendiri,” katanya sambil tersenyum padaku. Aku merasa ada kepalsuan di senyumannya itu. Dia mengambil tas dan berdiri lalu berjalan menuju pintu. Sekejap tanpa pikir, aku menarik tangannya. Aku terkejut dengan refleks yang terjadi dalam beberapa detik ini. Aku ingin menggunakan kesempatan yang baik ini. Dia menoleh melihat aku yang menarik tangannya dengan tatapan bingung banyak tanda tanya.“Biarkan aku mengantarmu pulang. Rumah kita dekat kan? Biarkan aku melihatmu masuk ke rumahmu dengan aman,” kataku. Dia melihatku dengan tatapan bingung. Dirinya terdiam sejenak dan mengangguk sejutu. Aku tersenyum dan berjalan bersamanya hingga sampai ke rumahnya.Saat sampai di rumahnya aku melihat dirinya berjalan memasuki teras rumahnya.“Stacy!” panggilku. Dia menoleh padaku. Dia tersenyum polos dan melanjutkan langkahnya. Tanpa pikir panjang aku berlari memeluknya.“Aku.. aku sayang banget sama kamu, Stacy. Aku ingin kamu selalu bersama aku selamanya. Aku sudah mencintaimu pada saat pertama kali kita bertemu. Biarkanlah aku menjadi orang spesialmu yang menempati hatimu tetapi bukan Ricky sebagai orang spesialmu yang berada di hatimu. Biarkanlah aku mencintaimu walaupun percintaan ini sangat mustahil untuk dijalankan. Terima kasih Stacy kamu telah mendengar isi hatiku yang sebenarnya. Aku tidak meminta jawabanmu tetapi hanya ingin kamu tau kalau aku mencintaimu saja,” kataku tetap memeluk Stacy dengan sekuat tenaga aku yang menandakan bahwa aku serius dengan dirinya.Aku melepaskan pelukanku dan berjalan pergi meninggalkan dia tanpa menoleh melihatnya.“Rizky!” teriak dia memanggilku yang sedang berjalan menjauhi dirinya. Aku menoleh dan melihat dirinya. Air matanya mengalir begitu deras. Aku merasa dia akan menerima aku, ternyata dugaanku benar.“Aku terima kamu sebagai pacarku, aku percaya kalau kamu setia padaku. Aku akan berusaha melupakan Ricky dan menarukmu di dalam hatiku yang terdalam di mana hanya kamu yang boleh masuk ke sana,” kata dia sambil tersenyum.“Jika kamu tidak kecewa dan menyesal memiliki pacar yang amat lugu ini, boleh lah bagi aku untuk mendekatimu walaupun itu tidak dipaksa oleh siapa pun,” kataku.“Boleh bagiku untuk memulai menerima dirimu apa adanya, walau kamu lugu aku akan mencintaimu seadanya saja,” katanya sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya. Aku terdiam tanpa bisa berkomentar tentang apa yang terjadi barusan. Aku merasa bahagia telah diterima oleh orang yang selama ini aku cintai.Keesokan harinya, di sekolah tersebar aku dan dia telah jadian. Aku sih tidak memikirkan itu karena bukan aku yang sebarin. Aku merasa bangga melihat expresi Ricky yang berapi-api saat mengetahui tentang aku telah jadian dengan dia. Aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak di belakang api cemburu Ricky.“Rizky!” teriak Ricky sambil menghampiri meja belajarku.‘Hoh.. dia mencariku,’ pikirku.“Kamu sudah jadian dengan Stacy? Kau tau gak Stacy itu punya aku! Aku sama dia belum putus gimana dia bisa menerima kau? Anak selugu dan seculun kau itu!? Aku merasa ada ketidakjelasan dibalik semua ini! Jelaskan padaku kenapa kau diterima dia dan dia belum menyatakan putus denganku!” teriak Ricky padaku.“Mau tau?” godaku.”Tanya saja sendiri. Dia yang menerima aku selaman saat dia tau kalau kau tembak Desma. Aku yang menemaninya berjam-jam mendengar dia nangis tersedu-sedu. Kaunya di mana? Bersama Desma? Aku tidak ingin dia menderita lagi karena kau dan aku akan merampasnya dari sisimu yang bersifat pecundang ini,” kataku sambil memandang Ricky yang berdiri di depan mejaku. Wajah Ricky menjadi merah padam bercampur pucat pasi. Terlihat kalau Ricky telah melakukan apa yang aku katakan tadi.“Jika kau mencintai Stacy, tinggalkan dia sekarang juga! Jangan lagi kau melukai hatinya lebih dalam lagi,” kataku membentak.“Rizky..,” suara itu sudah aku kenal dan panggilan itu membuatku tidak lagi marah dengan Ricky. Aku melihat sosok orang yang berwajah merah padam sedang berdiri di depan kelasku.“Sini sebentar dong, temenin aku, say,” katanya sambil tersenyum malu. Aku berjalan meninggalkan meja belajarku dan meninggalkan Ricky yang sedang berapi-api.“Bentar say, aku ambil laptopku dulu,” kataku sambil kembali ke meja belajarku dan mengambil tas laptopku dan pergi meninggalkan meja belajarku. Ricky yang sedang dikuasai api cemburu itu berlari menangkapku dan memukul mukaku.“Jangan kau rebut pacarku!” teriak Ricky sambil memegang kera bajuku dengan suara seperti mengancam dan ingin menerkam mangsa di depannya. Sekejap dia berlari dan terdengar suara tamparan,’Plak!’ wajah kanan Rixky bercap merah bekas tamparan dia yang amat kuat tadi.“Ricky.. ingat bahwa kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi termasuk teman pun tidak! Aku membencimu dan yang terakhir, kita putus. Aku sudah mencintai Rizky bukan kau lagi! Dasar pecundang kelas bawah!” katanya. Dia menarikku pergi ke UKS.“Kamu gak pa-pa Rizky? Aku khawatir banget loh saat Ricky memukulmu. Padahal mukamu sangat polos dan bersih. Kasihan kalau dipukul nanti berbekas,” katanya sambil mengeluarkan kapas, betadin, dan zambuk dari kotak P3K. Dia menuangkan sedikit betadin di kapas dan melap lukaku dekat mulut. Aku menggenggam tangannya dan mencium kedua tangannya dengan lembut.“Stacy, aku serius dengan kamu dan aku sayang banget sama kamu,” kataku sambil memegang tangannya dengan kedua tanganku. Dia hanya tersipu malu dengan apa yang aku katakan pada dia. Ricky yang ada di luar pintu UKS melihat kejadian itu dan dengan marahnya dia masuk ke UKS.“Hei! Aku masih belum setuju untuk putus. Stacy, kau jangan sembarangan membuat keputusan sendiri! Aku tidak setuju dengan apa yang kau katakan tadi! Aku tidak mau putus!” kata Ricky sambil membujuk dia. Aku percaya pada dia bahwa dia sudah mulai membenci Ricky. Ternyata dugaanku tidak salah.“Aku sudah membencimu Rick, aku sekarang sudah menyukai seseorang yaitu cowok yang ada di depanku ini, Rizky. Aku tidak ingin membuat Rizky sakit hati seperti apa yang aku rasakan sekarang. Jadi pahamilah aku dan biarkanlah hubungan aku dengan Rizky tetap berjalan. Janganlah kau membuat rusuh dan mengganggu hubungan aku dengan Rizky. Kita telah berakhir di sini. Kau tau gak, kau telah sakiti hatiku seperti menancapkan paku yang sangat tajam dihatiku ini dan dituang dengan air garam pada luka itu. Semalam aku menangis karena kepedihan luka itu dan Rizky datang dengan membawa air dingin untuk menyembuhkan lukaku itu. Saat itu kau kemana? Kau termasuk orang yang tidak berguna di mataku! Pecundang rendahan! Kalau zaman sekarang masih ada Kasta kau lah yang pertama jadi Kasta Paria!” katanya. Dia menarikku keluar dari UKS dan pergi ke perpustakaan. Dia menarik aku masuk ke perpustakaan.“Pak Ded, aku masuk ya? Pacarku terluka nih,” katanya sambil menarik aku masuk dan menutup pintu perpus.“Ya, silakan masuk. Lu sudah punya pacar lagu ya Stacy? Bagus lah. Orang ini lebih cocok denganmu dari pada Ricky. Lu lihat dia lebih tinggi dan lebih gagah. Betul gak?” tanya Pak Dedy.“Ya, ya, ya. Dia memang baik. Tingginya kan 188. jadi tak heran.” Katanya sambil tertawa.“Tif, bantuin dong. Ngelapin lukanya, aku gak berani,” katanya pada gadis yang duduk di depan meja perpustakaan berhadapan dengan Pak Dedy yang sedang membaca buku medis.“Bisa-bisa aja,” kata gadis itu sambil berdiri dan menarikku duduk di tempat yang didudukinya tadi. Stacy mengulurkan kapas, betadin, dan zambuk ke gadis itu. Gadis itu melanjutkan merawat lukaku.“Maaf ya, Tif. Aku minta kamu bantu. Hehe.. habis aku tidak terampil yang begitu-begitu sih,” katanya sambil tertawa. Iya juga. Dia sangat terampil. Dia merawat lukaku dengan baik dan tidak sakit sama sekali.“Itu sih tidak apa-apa. Sudah seharusnyakan kalau mau jadi bidan kan harus banyak praktek medis,” kata gadis di depanku sambil tersenyum. Senyumannya manis seperti permen.“Iya. Tapi kan kau tidak berencana mau jadi bidan. Kau begitu terampil. Jadi bidan aja. Aku akan jadi pelanggan setiamu,” katanya sambil tersenyum.“Ah gak mau,” kata gadis yang dari tadi dipanggil Tif. Aku bergerak reflek saat dia ingin mengelap betadin di lukaku.“Gini nih Cy. Aku takut pacarmu sedikit tidak enak karena bersentuhan denganku yang hanya teman pacarnya,” kata Tif.“Oh. Aku lupa kenalin,” katanya. “Ini Tiffani dan ini Rizky.”“Salam kenal,” kata Tiffani sambil tersenyum manis.“Salam kenal,” kataku. Hatiku berdekup dengan kencang. Aku takit aku bisa berubah perasaan. Semoga saja aku tidak berubah perasaan. Aku sudah menunggu saat-saat begini untuk bersama dirinya. Aku takut kehilangan dirinya.“Sip!” kata Tiffani mendadak berdiri tegas,”Nih balikin ke UKS. Tidak butuh sih. Hehe.” Sambil mengembalikan apa yang diberikan Stacy tadi dan Tiffani membereskan kotak medisnya. “Oh, makasih banyak,” katanya sambil keluar dari perpustakaan bersamaku. “Stacy, aku akan selalu setia bersamamu. Aku akan menjagamu seumur hidupku. Hatiku tidak akan berubah dan hanya untukmu. Saat kau sedih, aku akan meminjamkan pundakku untukmu. Saat kau senang aku akan menemanimu bersenang bersama. Saat kau membutuhkanku aku akan berada di sampingmu. Biarkanlah cinta ini mengalir seperti air di sungai yang mengalir ke samudra luas. Makasih Stacy. Kau menerima aku sebagai cowok yang bisa menemanimu. Bukan cowok lugu yang tidak berguna. Aku berjanji aku akan mencintai dan menyayangi seseorang dan hanya seseorang yaitu kau, Stacy. Aku juga manusia seorang cowok yang menginginkan sebuah percintaan yang begitu didambakan setiap remaja. Terima kasih, aku mencintaimu dan menyayangimu sepenuh hatiku dan setulus hatiku ini.” Dia menangis tersedu-sedu dan ikut berjanji.“Aku juga akan mencintaimu dan menyayangimu seadanya dan selamanya..” ini cerpen yang aku karang sendiri. dari kisah nyata menjadi kisah ilusi. tapi tidak menghilangkan kisah nyatanya. silakan membaca. kalau ada comment silakan saja. dengan senang hati saya menerima comment dari para pembaca sekalian.
Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2009. ILMU MARTA SITANGGANG
Template Created by Marta Gresi Sitanggang